Category : Artikel, Published by admin, Published at Tuesday, January 30th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Sudah sekian kali saya berkesempatan mengisi Bimtek (Bimbingan Teknis) bagi ang-gota legislatif Kabupaten dan Kota. Baik yang dilaksanakan di Yogyakarta, maupun yang dilaksanakan di kota lain. Saya pun senang dan bersyukur bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan para peserta, yang notabene merupakan tokoh-tokoh yang setiap harinya bergelut dengan politik praktis.
Dari sekian kali mengisi Bimtek tersebut, saya punya beberapa catatan. Baik yang positif maupun yang negatif. Yang positif antara lain, adanya upaya untuk mening-katkan kapasitas dan kapabilitas anggota legislatif terus terprogram secara berke-sinambungan. Sedang yang negatif lebih terkait dengan penyikapan peserta terha-dap kegiatan Bimtek yang lebih terkesan sebagai sekedar menggugurkan kewajib-an.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Saya tentu tidak bermaksud menghakimi para peserta Bimtek tersebut. Saya hanya ingin menyampaikan beberapa fakta. Misalnya, rancangan materi dan durasi Bimtek yang sudah disusun sangat baik, hampir selalu ‘dipadatkan’. Sehingga jumlah mate-ri dan jam pembelajaran Bimtek menjadi lebih singkat dari semestinya. Konseku-ensinya tentu saja ada materi yang semestinya tersampaikan kepada para peserta menjadi urung mereka terima.
Tidak hanya itu. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan Bimtek jarang sekali pe-nuh. Bukan karena mereka tidak hadir, tapi karena mereka memilih untuk berada di luar kelas. Saya memang tidak tahu persis apa penyebabnya. Namun yang bisa saya catat, kehadiran peserta secara penuh umumnya terjadi ketika bertepatan dengan acara pembukaan. Selebihnya saya jarang menyaksikan.
Semangat meng-up grade diri tentu menjadi lebih positif bila tidak diwarnai oleh hal-hal semacam itu. Rancangan materi dan durasi Bimtek dijalani dengan baik se-bagaimana mestinya, agar pencapaian sasaran dan target Bimtek bisa tercapai de-ngan optimal. Kehadiran peserta dalam kelas pembelajaran mestinya juga bisa maksimal, dengan niat awal yang terpatri dengan kuat bahwa kehadiran dirinya da-lam Bimtek tersebut memang untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri.
Jika kondisi yang kurang menggembirakan di atas, tidak segera disadari dan diper-baiki oleh para peserta pada kemudian hari, maka menjadi wajar jika ada kesan bahwa pelaksanaan Bimtek seolah-olah hanya sekedar menggugurkan kewajiban dan dalam rangka menghabiskan anggaran.
Agar fenomena tersebut tidak terulang, maka para peserta Bimtek pada masa men-datang perlu merumuskan secara benar apa manfaat Bimtek itu bagi dirinya, bagi anggota masyarakat yang diwakilinya, dan bagi bangsa ini secara keseluruhan. Se-bab tanpa rumusan yang benar, semangat mengikutinya juga tidak akan maksimal.
Selain itu, kegiatan Bimtek juga perlu diikuti oleh rencana tindak lanjut dari para peserta. Mereka perlu diajak untuk merumuskan dengan jelas apa-apa yang siap di-lakukan untuk meningkatkan kinerja masing-masing peserta, maupun kinerja secara kelembagaan. Dengan rencana tindak lanjut ini, kegiatan Bimtek ini tentu menjadi memiliki nilai dan makna yang lebih baik.
Apakah yang saya utarakan tersebut terlampau idealis? Silakan Andalah penilainya. Namun yang pasti, uang rakyat yang digunakan untuk kegiatan Bimtek sudah sepan-tasnya menghasilkan out put dan out come yang lebih pasti. Betul kan? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa