Category : Artikel, Published by HDI Bangun Karakter Indonesia, Published at Wednesday, August 31st, 2022
H. D. Iriyanto
www.bangunkarakterbangsa.com
(Inspirator Metamorphosis; Dosen Univ. AMIKOM Yogyakarta)
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Anggapan jika karakter atau akhlak itu amat penting bagi terwujudnya keberhasilan hidup seseorang, sudah tidak diragukan lagi. Berbagai riset menjelaskan tentang hal itu. Bahkan sebelum riset menjadi hal yang banyak dilakukan orang atau institusi, tugas mulia Rasul Muhammad saw menjelaskan tentang itu. “Saya diutus Allah SWT untuk memerbaiki akhlak manusia.”
Dalam realitas kehidupan, akhlak itu terbentuk melalui serangkaian proses. Yang pertama-tama adalah mengamati atau memerhatikan. Proses berikutnya adalah menirukan apa-apa yang diamati atau diperhatikan. Proses yang ketiga disebut dengan identifikasi. Dan yang terakhir dinamai internalisasi dalam bentuk sikap dan perilaku yang menjadi kebiasaan seseorang.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Dalam pandangan Munif Chatib, saat memaparkan materi seminar daring, banyak anak yang sukses sampai pada tahapan meniru atau imitasi. Tetapi tidak berlanjut pada proses ketiga dan keempat. Sehingga yang banyak terjadi, anak-anak sukses meniru tampilan atau busana tokoh idola, tetapi tidak mampu meningkatkan capaian atau prestasi.
Mengapa itu bisa terjadi? Ternyata ada satu etape yang, tanpa banyak disadari orangtua, guru, serta pemimpin, terlewati. Etape itu adalah pemberian stimulus kepada anak, murid, atau anak buah. Pada etape ini ada dua hal utama yang perlu diperhatikan orangtua, guru, dan pemimpin, yakni pendekatan dan tahapan.
Dalam hal pendekatan, ada banyak media yang bisa digunakan. Mulai dari cerita atau dongeng, pengalaman hidup, aneka berita dan analisa, sampai pada video atau film. Sedang dalam hal tahapan, ada tiga fase yang harus dijalani. Mulai dari pelibatan perasaan anak, murid, atau pun anak buah, lalu pemberian pengetahuan, sampai pada program aktivitas pembiasaan.
Bila hal itu dianalogikan untuk pengembangan sumberdaya manusia dan kultur kerja di organisasi atau perusahaan, maka pemberian stimulus kepada para anggota atau pegawai menjadi hal yang sangat strategis. Pendekatan yang dipakai bisa amat beragam. Mulai dari curah pendapat, tugas-tugas tambahan atau insidental, sampai dengan magang, mentoring, training, dan coaching.
Demikian pula untuk tahapan yang dipakai dalam mengembangkan sumberdaya manusia dan kultur kerja. Tahapan pelibatan perasaan (feeling) perlu terus menerus diperkuat. Mulai dari menumbuhkan kebanggaan, rasa betah bekerja, sampai dengan pembentukan rasa ikut memiliki (sense of belonging).
Ketika perasaan anggota atau pegawai sudah positif, maka tahapan penambahan pengetahuan baru dan kompetensi baru bisa lebih mudah dilakukan. Para anggota dan pegawai bakal antusias jika diajak mengikuti curah pendapat, atau menerima tugas-tugas tambahan. Mereka juga bersemangat jika harus melakukan magang, mentoring, training, atau pun coaching.
Adapun tahapan yang terakhir, yakni program aktivitas pembiasaan bisa dilakukan secara berjenjang. Mulai dari yang berjangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Dalam hal ini kita bisa belajar dari Waskita Karya. Mereka punya program 5A : dipaksA, terpaksA, bisA, biasA, dan budayA. Dipaksa dengan apa? Dipaksa dengan sistem dan pendekatan yang adaptif, fleksibel, dan lincah.
Saat organisasi atau perusahaan menghadapi situasi pandemi, yang pengaruhnya sangat kompleks, etape membangun karakter sumberdaya manusia menjadi agenda yang harus diprioritaskan. Sikap dan perilaku tanggap, tanggon (tangguh), dan trengginas (cekatan), amatlah diperlukan dalam mempertahankan keberadaan organisasi atau perusahaan.
Jika upaya membangun karakter sumberdaya manusia ini diabaikan, maka kemampuan adaptif, fleksibel, dan lincah yang seharusnya dimiliki organisasi atau perusahaan bisa mengalami kerapuhan. Sudah banyak contoh yang bisa kita jadikan pelajaran berharga. Ada Seven Eleven, Giant, Adam Air, Mandala Air, dan lain-lain.
Tak peduli seberapa besar dan kuat sebuah organisasi atau perusahaan, ketika kehilangan kemampuan adaptif, fleksibel, dan lincah, keruntuhan tinggal menunggu waktu. Sayang bukan jika ini terjadi pada organisasi atau perusahaan Anda? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa