Category : Artikel, Published by HDI Bangun Karakter Indonesia, Published at Wednesday, July 27th, 2022
H. D. Iriyanto
www.bangunkarakterbangsa.com
(Inspirator Metamorphosis; Dosen Univ. AMIKOM Yogyakarta)
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Awalnya Anda yang membentuk kebiasaan. Lama kelamaan kebiasaanlah yang membentuk Anda. Kalimat ini tertera di buku Change yang ditulis Renald Kasali tahun 2005. Contoh paling sederhana adalah merokok. Awalnya seseorang mencoba untuk merasakan seperti apa merokok itu. Lama-kelamaan kebiasaan merokok inilah yang membentuk perilaku seseorang. Ia rela tidak sarapan pagi asalkan bisa tetap merokok.
Jika kita menghendaki untuk menumbuhkan kebiasaan baru yang positif, apakah ada kiat atau cara praktis yang bisa kita lakukan? Bagaimana jika kita sudah terlanjur tua, apakah masih mungkin untuk menumbuhkan kebiasaan baru? Jika masih mungkin, lalu butuh waktu berapa lama untuk membentuk kebiasaan baru tersebut?
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Aneka pertanyaan di atas boleh jadi sering muncul dalam perbincangan santai sehari-hari, atau dalam proses seminar dan training yang membahas tentang habit atau kebiasaan. Untuk menjawabnya, saya perlu menghadirkan pandangan dua ahli berikut ini.
Yang pertama adalah pandangan DR.dr.Taufik Pasiak, M.Kes, M.Pd. Alumni S3 UIN Sunan Kalijaga, asal Gorontalo ini, adalah dokter yang mendalami neurosains. Penulis banyak buku ini mengatakan bahwa menumbuhkan kebiasaan baru yang bersifat motorik, perlu waktu 22 hari. Dan itu harus dilakukan secara terus menerus. Mengapa begitu?
Sebab setelah dilakukan selama 22 hari secara kontinyu, otak baru memroses aktivitas itu dan merekamnya. Selama aktivitas memroses dan merekam itu tengah berlangsung, terjadi perubahan dalam otak yang mendorong aktivitas tersebut jadi kebiasaan. Namun untuk membangun kebiasaan baru yang bersifat non motorik, waktu yang dibutuhkan bisa lebih lama lagi. (Orami.co.id)
Berikutnya adalah Prof. Susan Krauss Whitbourne. Guru besar psikologi ini mengatakan, dalam beberapa kasus ekstrem, seseorang dapat dengan mudah untuk menghentikan kebiasaan lama yang cenderung merugikan. “Dalam kasus ekstrem, sebuah kebiasaan bisa dihentikan dengan segera. Misalnya jika Anda tiba-tiba sakit keras setelah menghirup asap rokok atau hampir tertabrak bis ketika berjalan sambil melihat ponsel,” ujarnya. (Indonesia terhubung.id)
Dari dua pandangan ahli di atas, bisa dikatakan bahwa pada usia berapa pun seseorang bisa menumbuhkan kebiasaan baru, atau menghilangkan kebiasaan buruk yang merugikan. Sehingga tidak benar jika dikatakan bahwa orang yang sudah berumur tidak bisa lagi mengubah kebiasaannya.
Agar prosesnya bisa lebih efektif dan permanen, langkah-langkah praktis berikut ini bisa kita coba.
Sehngga tidak boleh menetapkan kebiasaan baru secara normatif saja. Misal, saya ingin menumbuhkan kebiasaan baru sebagai orang baik, sebagai orang bijak, dst. Karena hal ini akan menyulitkan otak dalam memrosesnya.
Misalnya, momen setelah sarapan pagi dipakai untuk membaca buku. Momen Senin, Rabu, Jumat jam 5 pagi dijadwalkan untuk jogging atau senam. Setiap bangun tidur dipakai untuk menebar senyum kepada pasangan kita, atau anggota keluarga lainnya.
Mengapa harus dengan rasa senang dan gembira? Karena ketika kita melakukan apa pun, yang dilandasi oleh perasaan senang dan gembira, kita menjadi ringan dan mudah mengerjakannya. Sangat berbeda saat yang muncul adalah perasaan benci atau enggan. Pastinya membuat kita merasa terbebani dan terpaksa ketika sedang mengerjakannya.
Bila perlu kita kasih hadiah untuk diri kita sendiri. Apa pun bentuknya.
Kesimpulan
Empat langkah di atas, insyaAllah bukanlah sesuatu yang sulit. Saya, Anda, dan kita semua diberi kesanggupan oleh Allah SWT untuk melakukannya. Tinggal kemauanlah yang mesti kita kuatkan dan kita kobarkan pada diri kita masing-masing.
Setelah keempat langkah di atas kita tempuh, kunci keberhasilan yang amat penting adalah konsisten dan kontinyu. Kita tidak boleh gampang terinterupsi oleh aktivitas lainnya. Apakah Anda siap untuk mencobanya? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa