Category : Artikel, Published by admin, Published at Thursday, September 6th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Sebagian dari Anda, mungkin pernah membaca atau mendengar sebuah riset yang dilakukan oleh Prof. Walter Mischel. Kala itu, sekitar tahun 60an, guru besar psiko-logi Universitas Stanford melakukan eksperimen terhadap anak-anak TK usia 4 hing-ga 5 tahun. Mereka dikumpulkan di sebuah ruangan yang di depan tempat duduk mereka masing-masing diletakkan sebutir marshmallow.
Petugas riset mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka boleh memakan marsh-mallow yang ada di depan mereka. Namun jika mereka mau menahan diri untuk ti-dak memakannya hingga 20 menit, mereka bakal menerima tambahan sebutir lagi. Hingga 20 menit berlalu, hanya sepertiga dari mereka yang bisa menahan diri untuk tidak memakan marshmallow tersebut. Sisanya, ada yang langsung memakannya dan ada pula yang mencoba bertahan namun tidak berhasil.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Prof. Walter Mischel pun akhirnya mengawal perjalanan hidup anak-anak yang bisa menahan diri tersebut. Setelah dicermati selama dua dasawarsa lebih, diperoleh kesimpulan yang menarik. Ternyata mayoritas anak-anak ini pada kemudian hari bisa menjelma menjadi orang-orang yang sukses dalam hidupnya, sesuai dengan pilihan profesinya masing-masing.
Dari eksperimen Prof. Walter Mischel tersebut dapat dipetik pelajaran berharga. Kemampuan menunda kesenangan (delayed gratification) ternyata merupakan ke-kuatan yang amat menentukan bagi kesuksesan seseorang. Inilah salah satu bentuk kecerdasan emosi yang sangat penting bagi siapa pun, sebagaimana dijelaskan oleh Daniel Golleman.
Jauh sebelum Prof. Walter Mischel melakukan penelitian, umat Islam telah lebih dahulu belajar betapa pentingnya kemampuan menahan diri. Ibadah puasa Rama-dhan yang hanya tinggal beberapa hari lagi bakal dijalani oleh orang-orang yang beriman, merupakan ritual ibadah yang melatih pelakunya kemampuan menahan diri tersebut. Sebab ritual ibadah ini melatih orang-orang yang beriman untuk me-nunda kesenangan.
Kendati tersedia aneka makanan dan minuman yang halal untuk dinikmati, orang-orang yang beriman ini diminta untuk menahan diri beberapa saat hingga sampai pada waktu yang telah ditentukan. Begitu pun dengan hubungan suami istri. Kenda-ti hal itu halal dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah, namun mereka juga diminta untuk menunda sampai batas waktu yang telah ditentukan.
Kemampuan menahan diri atau menunda kesenangan tersebut tentu tidak saja berlaku untuk urusan makan, minum, dan berhubungan suami istri. Namun juga untuk hal-hal lainnya yang membawa kemadharatan. Menggunjing, berkata dan bersikap kotor, menebar berita bohong (hoaks), melakukan teror dan kekerasan merupakan hal-hal yang harus dijauhi oleh orang-orang yang sedang berpuasa.
Bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh menjalani puasa dengan niat yang lurus, menghayati arti pentingnya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dan kemadharatan, maka kesuksesan hakikilah yang disiapkan Allah Swt untuk dihadiah-kan kepada mereka. Apa itu? Taqwa.
Oleh sebab itu, mari kita sambut hadirnya bulan suci Ramadhan ini dengan persiap-an yang terbaik. Karena puasa yang melatih kita untuk memiliki kemampuan me-nunda kesenangan (delayed gratification) ini bakal mengantarkan kita pada kesuk-sesan yang hakiki, bukan kesuksesan semu. Setuju? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa