Category : Artikel, Published by admin, Published at Thursday, July 30th, 2020
H. D. Iriyanto
(Inspirator Metamorphosis; Dosen Univ. AMIKOM Yogyakarta)
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Ketika melihat sebuah peluang, seorang pebisnis secara naluriah tergerak untuk menangkapnya. Lalu berusaha sesegera mungkin untuk mengubahnya menjadi usaha yang bisa mendatangkan profit atau keuntungan.
Tak terkecuali bagi orang yang sedang kesengsem (tergila-gila) dengan bisnis yang baru digelutinya. Berbagai tawaran, yang dianggapnya peluang, ingin diambil satu demi satu, agar bisnisnya segera bermekaran.
Pada masa pandemi seperti saat ini, selain banyak bisnis yang terganggu, berbagai peluang usaha ternyata banyak bermunculan. Seorang Yuswohady, memrediksi setidaknya ada sembilan perubahan perilaku konsumen yang berpotensi menjadi peluang bisnis.
Di antaranya terkait dengan belanja online, model berwisata gaya baru, berkumpul secara virtual, sampai dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan. Bahkan kegiatan training yang bertujuan untuk memulihkan jiwa akibat trauma pada Covid 19 diprediksi bakal banyak diminati masyarakat.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Memasuki dunia bisnis karena melihat adanya sebuah peluang tentu saja tidak dilarang. Tapi hanya bersandar pada adanya peluang tidaklah cukup. Bisnis harus dijalani karena dua hal, eksternal dan internal.
Membaca peluang yang tercipta karena pola perilaku konsumen yang bergeser adalah sisi eksternal. Begitu pula saat kita menganalisa daya beli konsumen, maupun pergerakan yang dilakukan oleh kompetitor.
Seperti halnya sisi eksternal, memerhatikan sisi internal pada diri sendiri juga merupakan hal yang penting untuk kita lakukan. Seperti seberapa sesuai antara bisnis yang digeluti dengan bakat, minat, dan passion kita.
Karena survey yang pernah dilakukan oleh Musrofi (pengajar UMS sekaligus founder PotensiQu), bisnis yang digeluti sesuai dengan bakat, minat, dan passion bisa bertahan lebih lama dibandingkan bisnis yang dijalani hanya karena munculnya peluang.
Karena itu keinginan untuk meraih berbagai peluang bisnis yang ada di depan mata perlu diimbangi dengan kesediaan menakar kemampuan diri sendiri.
Dalam catatan saya, setidaknya ada tiga hal yang bisa dipakai sebagai acuan untuk menakar kemampuan diri sendiri.
Pertama, kemampuan menguasai ‘bahasa’ bisnis yang hendak digeluti. Kendati bisa dipelajari, namun ketika kita menguasai ‘bahasa’ bisnis sejak awal, peluang untuk berhasil menjadi semakin besar dan terbuka.
Sebab dari ‘bahasa’ bisnis ini, kita bisa mengetahui seluk beluk bisnis tersebut. Mulai dari siapa pasarnya, dari mana suplaynya, seperti apa jalur distribusinya, siapa kompetitornya, apa saja tantangannya, dan seterusnya.
Karena itu proses mentoring, atau belajar langsung dari pelaku usaha yang ingin digeluti menjadi hal yang penting. Bersikaplah seperti gelas kosong, yang berada pada posisi lebih rendah daripada botol yang siap mengisi.
Sebab dari proses mentoring ini, bukan hanya pengetahuan yang didapat, namun juga pengalaman langsung yang bisa dirasakan. Lewat mentoring ini pula proses transformasi seluk beluk bisnis bisa berlangsung lebih komplit.
2. Cara bermain
Kedua, kemampuan menguasai ‘cara bermainnya’. Layaknya seperti olahraga, setiap bisnis memiliki cara bermain yang berbeda. Bisnis property memiliki cara bermain yang berbeda dengan bisnis kuliner. Bisnis tour & travel juga memiliki cara bermain yang berbeda dibandingkan dengan bisnis pakan ternak.
Maka siapa pun yang menguasai cara bermainnya atau tahu taktik dan strateginya, punya peluang lebih besar untuk menuai kemenangan. Dan sebaliknya, mereka yang hanya ikut-ikutan dalam bisnis, punya potensi lebih besar untuk menuai persoalan demi persoalan.
3. Kemampuan mental
Dan yang ketiga, kemampuan mental. Kendati ini saya sebut yang paling akhir, bukan berarti yang paling kurang penting. Kemampuan mental justru menjadi dasar bagi dua kemampuan sebelumnya.
Tanpa kemampuan mental yang tangguh, berbisnis hanya akan diliputi rasa was-was dan khawatir. Akibatnya jalannya bisnis bisa disebut angin-anginan. Gampang jatuh dan terpuruk saat menghadapi hambatan dan tantangan yang tidak terprediksi sebelumnya.
Dengan begitu, seluas apa pun peluang yang ada di depan kita, tetaplah menakar kemampuan diri. Tidak perlu bernafsu dan lupa diri. InsyaaAllah lebih selamat. Sepakat? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa