Category : Artikel, Published by admin, Published at Thursday, September 6th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Ketika Anda berbincang dengan orang yang lebih tua, apa yang sering Anda dapat-kan? Cerita masa lalu ataukah cerita masa depan? Dari pengalaman pribadi saya, cerita masa lalulah yang lebih sering saya dengar dari mereka. Masa keemasan dan kehebatan dia, merupakan topik yang paling sering diungkapkan dengan penuh se-mangat dan sukacita.
Namun ketika mereka berbicara tentang hari ini, lebih-lebih tentang masa depan, semangat dan sukacita mereka tiba-tiba melemah. Mereka sepertinya kurang bisa menerima dengan baik ‘perlakuan’ jaman yang telah berubah. Kemampuan adaptif yang seharusnya tetap diasah, justru seperti tidak berfungsi dengan baik. Akibat-nya, mencari kesalahan pihak lain menjadi begitu mudah dilakukan.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Dari sisi dimensi waktu, kelaziman tipologi orang tua yang saya ungkapkan di atas lebih merujuk pada model berpikir ‘yesterday is today’. Artinya, mereka ber-anggapan bahwa masa keemasan dan kehebatan mereka pada masa lalu bisa dihadirkan kembali pada masa kini. Ini bertolak belakang dengan model berpikir ‘tomorrow is today’, yang dewasa ini banyak melahirkan inovasi disruptif. Yakni inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, bahkan bisa menggantikan produk atau jasa yang telah ada sebelumnya.
Self disruption merupakan sikap dan tindakan yang dilandasi oleh model berpikir ‘tomorrow is today’. Para pelaku self disruption menyadari betul bahwa sustaining innovation (inovasi berkelanjutan) sudah tidak lagi memadai. Mereka terus menem-bus batas ruang dan waktu dengan cara berpikir baru, terobosan baru, uji coba ba-ru untuk melahirkan sesuatu yang, kalau bisa, betul-betul baru.
Agar bisa tetap eksis pada masa depan, self disruption juga sebaiknya dilakukan oleh siapa saja, baik sebagai profesional atau pun sebagai pelaku usaha. Prinsip le-bih baik mendisrupsi diri sendiri daripada terdisrupsi pihak lain selayaknya terus ditanamkan pada diri sendiri. Caranya bagaimana? Anda bisa melakukannya dengan langkah berikut ini.
Pertama, kembangkan growth mindset Anda. Cara berpikir model ini, menurut Ca-rol Dweck, lebih menitikberatkan pada hal-hal seperti ini. Daripada menyerah atau menemui jalan buntu, lebih baik mencari jalan yang lain. Daripada merundungi ke-salahan yang telah dialami, lebih baik mengambil pelajaran berharga dari kesalah-an tersebut. Daripada cepat puas dengan apa yang telah diraihnya, lebih baik ber-tanya pada diri sendiri, ‘apakah ini merupakan hasil terbaik saya?’.
Yang kedua, tumbuhkan terus keunggulan adaptif (adaptive advantage) pada diri Anda. Ini meliputi tiga aspek. Yakni resilience (memerkuat karakter, kompetensi, dan kultur kerja profesional), readiness (kesiapan mental spiritual, fisik, dan tek-nologi dalam mengantisipasi perubahan), serta responsiveness (kesegeraan berubah dalam platform profesi atau bisnis).
Adapun yang ketiga, perluas dimensi inovasi Anda. Menurut Mohanbir Sawhney dkk dari MIT (Massachusetts Institute of Technology), terdapat 12 dimensi inovasi yang perlu Anda kembangkan. Mulai dari dimensi produk/jasa, proses bisnis, pelanggan, sampai dengan brand, layak terus Anda gali untuk melahirkan inovasi. Jangan ber-henti hanya pada mengobok-obok produk/jasa Anda saja, karena masih ada sebelas dimensi yang lain.
Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan sekali lagi. Lebih baik mendisrupsi diri sendiri daripada terdisrupsi oleh pihak lain. Karena pasti lebih dalam rasa sakitnya. Setuju? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa