Category : Artikel, Published by admin, Published at Tuesday, January 30th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Sekitar seratus empat puluhan mahasiswa baru prodi Perbankan Syariah UAD mene-riakkan yel-yel pembakar semangat saat kuliah umum mau dimulai. Raut muka me-reka nampak ceria dan penuh gelora antusiasme. Maklum mereka adalah para kan-didat pejuang anti riba angkatan pertama yang tengah disiapkan oleh prodi terse-but.
Kuliah umum yang mereka ikuti bertajuk Sukses Dimulai Dari Sini. Seperti yang di-jelaskan oleh Ketua Prodi, sistem perbankan syariah yang saat ini masih cenderung dipandang sebelah mata, bahkan oleh umat Islam sendiri, pada saatnya nanti bisa menjelma menjadi pemegang kendali ekonomi yang sangat kuat, jika dipersiapkan dengan sepenuh hati, diiringi dengan komitmen dan integritas yang sangat tinggi.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Saya yang didaulat untuk menginspirasi para kandidat pejuang anti riba tersebut, mengawali presentasi saya lewat sebuah nukilan pendek dari Paul G. Stoltz tentang hakekat sukses. Menurut penulis buku Adversity Quotient ini, kesuksesan bisa di-maknai sebagai tingkat dimana seseorang bergerak ke depan dan ke atas, terus ma-ju dalam menjalani hidupnya, kendati terdapat berbagai rintangan atau bentuk-bentuk kesengsaraan lainnya.
Kesuksesan juga saya gambarkan seperti fenomena gunung es. Apa saja yang nam-pak di atas permukaan air itulah yang sering dikatakan sebagai sukses. Bisa berupa karir yang melesat, bisnis yang tumbuh, kekayaan yang melimpah, nama yang ter-sohor, atau gelar akademis yang berderet. Namun itu adalah sebuah hasil akhir dari sebuah pergulatan yang tidak tampak.
Pergulatan yang tidak tampak inilah yang justru perlu dicermati oleh siapa pun ke-tika menginginkan dirinya menjadi orang sukses. Apa saja itu?
Pertama, persistence (kegigihan). Keterampilan lunak (soft skill) yang pertama ini sangat penting artinya dalam menghadapi beragam ujian dan cobaan yang datang silih berganti. Tanpa kegigihan atau keuletan, seseorang bisa dengan mudah terse-rang sikap putus asa.
Kedua, senantiasa belajar dan berhikmah dari suatu kegagalan (failure). Sungguh, kegagalan tidak berbanding lurus dengan nasib buruk atau ketidakmampuan sese-orang. Yang terjadi justru menarik untuk disimak. Yakni bersamaan dengan mun-culnya kegagalan yang dialami seseorang, di situ pula hadir pelajaran berharga agar kita tidak mengulanginya pada kemudian hari.
Yang ketiga dan keempat adalah kesediaan kita untuk berkorban (sacrifise) serta tetap positif terhadap rasa kecewa (disapoinment) yang kita alami. Kesediaan ber-korban dilandasi oleh rasa cinta, sedang tetap positif terhadap rasa kecewa dida-sari oleh keyakinan bahwa Allah pasti memberi kita hal yang terbaik.
Adapun yang kelima hingga ketujuh adalah membangun kebiasaan baik (good ha-bits), kerja keras (hard work), dan mencurahkan dedikasi (dedication) untuk me-ngejar impian kita.
Ketika ketujuh unsur pembangun soft skill tersebut telah memadai, kita punya tiga pilihan untuk segera mewujudkan kesuksesan kita. Apakah kita siap menjadi yang terbaik (be the best), atau menjadi yang pertama (be the first), atau menjadi yang berbeda (be different). Semua itu menunjukkan kepada kita, bahwa dalam kehidu-pan ini selalu ada cara untuk menjadi sukses.
Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa