Category : Artikel, Published by admin, Published at Tuesday, January 30th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Hari Jumat pekan lalu dinyatakan sebagai hari libur nasional karena bertepatan de-ngan peringatan Maulud Nabi Muhammad Saw. Sebagai seorang muslim upaya untuk mengenali, mengenang, dan meneladani sosok Muhammad Saw merupakan ikhtiar yang perlu selalu diperjuangkan setiap waktu. Sehingga beragam kegiatan yang di-lakukan untuk memeringati hari kelahiran beliau merupakan bagian dari upaya ter-sebut di atas.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Salah satu yang perlu kita pahami dari sosok Muhammad Saw adalah bahwa beliau lebih lama menjadi pedagang daripada menjadi utusan Allah. Sebagai pedagang, beliau menjalaninya selama 25 tahun, yakni sejak usia 12 tahun hingga usia 37 ta-hun. Sedangkan sebagai utusan Allah SWT, beliau menjalaninya selama 23 tahun, yakni saat usia beliau 40 tahun hingga beliau wafat pada usia 63 tahun.
Jika kita hendak mengenali, mengenang, dan meneladani Rasulullah Saw sebagai pedagang, maka kita dapat menelusurinya lewat berbagai sumber. Salah satunya adalah buku Muhammad Super Leader Super Manager karya DR. Safii Antonio, yang sudah saya sebut di atas.
Dalam buku itu disebutkan seperti apa akhlak dan profesionalisme beliau sebagai pedagang, sehingga beliau tumbuh menjadi seorang pedagang yang sukses. Setelah beliau menikahi Siti Khadijah, bisnis yang beliau kelola menjadi semakin hebat dan berkembang. Sehingga harta kekayaan beliau bersama Siti Khadijah menjadi sema-kin bertambah. Maka pantaslah jika beliau disebut sebagai orang yang kaya raya.
Yang membedakan Rasulullah Saw dan istri dibandingkan dengan orang kaya pada umumnya utamanya adalah dalam urusan pembelanjaan harta kekayaannya. Rasu-lullah dan istri membelanjakan nyaris seluruh harta kekayaannya untuk membiayai perjuangan dakwah menyebarluaskan dan menegakkan Islam.
Dari fakta yang tertulis di atas, kita bisa mengajukan pertanyaan pada diri kita ma-sing-masing, pantaskah seorang muslim (bermental) miskin? Bukankah Rasulullah yang kita jadikan panutan adalah seorang yang bermental kaya, dan akhirnya jadi kaya beneran? Begitupun dengan para sahabat yang setia mendampingi perjuangan beliau. Bukankah mereka juga merupakan orang-orang yang bermental dan kaya beneran?
Untuk menjadikan seorang muslim bermental kaya, ciri-ciri berikut ini bisa kita ja-dikan parameter. Pertama, mental giving alias memberi. Artinya, setiap kali men-dapatkan rizqi dari Allah Swt, maka yang pertama kita belanjakan adalah untuk se-dekah. Kedua, mental saving (menabung). Berapa pun penghasilan kita harus ada yang kita sisihkan untuk nabung. Ketiga, mental investing (investasi). Harus ada se-bagian penghasilan kita yang bisa diinvestasikan untuk mendorong munculnya peng-hasilan yang baru. Dan yang keempat, mental simplicity (kesederhanaan). Biayai hidup kita seefisien mungkin. Sebab mental kaya dan mental boros merupakan dua hal yang sangat berbeda.
Sekarang kembali kepada kita sebagai seorang muslim. Mau meneladani Rasulullah dengan cara yang benar atau tetap pada persepsi kita yang selama ini keliru. Se-mua terpulang kepada kita. Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa