Category : Artikel, Published by admin, Published at Tuesday, March 20th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Dunia bisnis saat ini berkembang sangat dinamis. Banyak start up yang tiba-tiba ha-dir dan melaju kencang, menerjang pelaku bisnis yang sudah ada, bak gelombang tsunami. Akibatnya banyak pelaku bisnis yang sudah ada (incumbent) terpaksa terpelanting dari arus peredaran, menggelepar dan akhirnya tumbang. Bukan hanya pelaku bisnis berskala kecil, yang raksasa pun ikut-ikutan roboh tak berdaya.
Nokia, Kodak, dan Yahoo merupakan perusahaan raksasa yang bisa menjadi contoh. Mereka tumbang bukan karena tak berinovasi. Namun inovasi yang mereka lakukan masih berkutat pada apa yang disebut sebagai sustaining innovation (inovasi berke-lanjutan). Inovasi jenis ini ternyata tak mampu menandingi hadirnya disruptive innovation, yakni inovasi yang benar-benar mengganggu, bahkan memusnahkan.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Para pelaku bisnis pembuatan billboard atau baliho yang sering terpasang gagah di pinggir-pinggir jalan, juga mulai merasakan serangan kompetitor yang seolah-olah tak kasat mata ini. Order yang mereka terima mulai berkurang atau menurun. Bu-kan tidak mungkin, bisnis ini pun bisa ikut tumbang karena orang lebih memilih promosi lewat media on-line.
Perkembangan teknologi informasi memang telah menunjukkan laju percepatan yang luar biasa. Saking cepatnya pertumbuhan dan perkembangannya, bisa diiba-ratkan seperti siluman. Ia ada tapi tak kasat mata. Ia ada di dekat kita, tapi kita sering tak menyadarinya.
Fintech adalah entitas baru bisnis yang kehadirannya juga bagai siluman. Ia mulai muncul tahun 2015, lalu merebak sangat cepat hanya dalam waktu dua tahun. Kini, menurut CNN Indonesia, sudah ada sekitar 600 pelaku bisnis fintech di Indonesia, kendati yang lapor OJK baru 157 perusahaan. Dana yang telah disalurkan lewat jasa P2P (peer to peer) lending ini juga tidak kepalang tanggung, mencapai 1,6 triliun rupiah.
Saat saya dan tim mengisi pelatihan sebuah BPR di Pati, terselip sebuah cerita yang menarik dari salah seorang peserta. Ia mengaku telah berhubungan dengan fintech beberapa saat lamanya. Meskipun ia seorang karyawan BPR, namun ketika membu-tuhkan dana yang mendesak, ia tak bisa memanfaatkan BPR tempat dia bekerja, karena terkait dengan prosedur yang harus dijalani. Maka cara yang termudah bagi-nya adalah pinjam melalui jasa fintech.
Menghadapi kehadiran fintech, setiap BPR bisa memilih cara yang berbeda. Perta-ma, tetap fokus kepada bisnis yang telah dijalaninya, sehingga tidak ambil pusing atas kehadiran fintech. Yang kedua, memilih untuk melawan kehadiran fintech de-ngan mendesak OJK untuk membatasi atau melarang kehadiran fintech. Dan yang ketiga, kompromi dengan fintech. Apakah dengan membuat aplikasi sendiri atau dengan berkolaborasi dengan perusahaan fintech yang telah ada.
Mengingat kehadiran fintech seperti siluman, maka mereka yang memilih cara per-tama dan kedua, mesti siap-siap menerima konsekuensinya. Lambat atau cepat mereka bakal menerima akibatnya, sebagaimana perusahaan taksi konvensional yang sudah lebih dulu kena imbasnya.
Berkompromi dengan fintech rasa-rasanya menjadi pilihan terbaik bagi BPR yang ingin tetap eksis. Kuncinya tidak lain terletak pada SDM yang ada. Mereka mesti si-ap berubah dan siap menerima serta mengaplikasikan teknologi informasi dalam mengoperasikan bisnisnya. Klien saya yang di Pati sepertinya lebih memilih strategi yang ketiga ini dengan mengadakan training tentang fintech Sabtu yang lalu. Ba-gaimana dengan BPR Anda? Semoga tidak salah memilih. Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa