Category : Artikel, Published by admin, Published at Tuesday, January 30th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Impian yang telah lama saya idamkan terkabul sudah. Atas ijin-Nya saya diberi ke-sempatan menginjakkan kaki di tanah Papua, wilayah paling timur Nusantara. Saya pun berkesempatan mengunjungi gerbang perbatasan antara Republik Indonesia de-ngan Papua New Guinea. Terpercik rasa bangga di dada, karena kantor perbatasan negara kita jauh lebih megah dibanding kantor serupa milik negara tetangga.
Wilayah perbatasan tersebut kini telah menjadi destinasi wisata baru di Jayapura. Nyaris setiap hari ada saja wisatawan yang berkunjung ke situ untuk melihat dari dekat tapal batas kedua negara, sambil mengabadikan berbagai sudut lokasi terse-but guna menambah koleksi dokumentasi. Tak terkecuali bagi saya dan teman yang datang ke Papua untuk mengisi acara seminar.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Bukan saja negara yang memiliki pembatas wilayah. Manusia juga memiliki pemba-tas wilayah. Yakni pembatas antara tahu dan tidak tahu, paham dan tidak paham, mau dan tidak mau, maupun mampu dan tidak mampu. Ketika seseorang berada dalam wilayah tidak tahu, tidak paham, tidak mau, dan tidak mampu, serta tidak ada daya upaya untuk menembus pembatas, maka ia akan selamanya berada dalam wilayah tersebut.
Menembus pembatas adalah upaya pembebasan diri dari keterkungkungan dan ke-terbelengguan, menuju pada pemberdayaan dan penguatan diri. Memang, cara ber-pikir, sikap, tindakan, dan kebiasaan negatif dan sempit, bisa menjadi penyebab seseorang terkungkung atau terbelenggu. Namun, ketiadaan sumber daya juga bisa menjadi penyebab. Bahkan, ini yang jarang disadari, keberlimpahan sumberdaya yang seringkali membuat seseorang terlena, ternyata juga bisa menjadi penyebab.
Otonomi khusus yang diberlakukan bagi wilayah Papua, misalnya, pada satu sisi me-mang bisa dimaknai sebagai bentuk perhatian dan apresiasi pemerintah terhadap masyarakat Papua. Namun pada sisi lainnya, sebagaimana yang saya simpulkan dari perbincangan dengan beberapa anggota komunitas di distrik Abepura, otsus justru berpotensi mengungkung dan membelenggu kreativitas dan produktivitas masya-rakat Papua.
Keberlimpahan dana dan fasilitas telah melahirkan ketergantungan yang mengkha-watirkan. Upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri justru terping-girkan oleh adanya berbagai kemudahan mengakses dana dan fasilitas. Kondisi se-macam ini tentu tidak boleh terus terjadi, jika masyarakat Papua ingin menjadi tu-an rumah di negeri sendiri.
Menembus pembatas juga merupakan upaya untuk meraih impian dan cita-cita. An-dai penghalang itu diumpamakan seperti lautan luas, maka seseorang akan tetap gigih menyeberanginya. Andai penghalang itu seperti gunung yang menjulang ting-gi, maka seseorang akan tetap teguh mendakinya. Persis seperti Bima ketika ingin mendapatkan air suci (tirta perwitasari), yang dikatakan oleh gurunya bisa untuk mewujudkan kesempurnaan hidup sang Bima. Berbagai hambatan dan godaan pun tak pernah menyurutkan langkahnya, meski nyawa sebagai taruhannya.
Walhasil, menembus pembatas memang harus diupayakan secara sadar oleh setiap pribadi, agar ia mampu berhijrah ke wilayah yang memberdayakan dan menguat-kan dirinya. Yakni wilayah tahu, paham, mau, dan mampu. Inilah wilayah yang ba-kal membawa seseorang menuju kehidupan yang lebih tercerahkan. Siapkah Anda mengupayakannya? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa