Category : Artikel, Published by admin, Published at Thursday, September 6th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Pada setiap 2 Mei, siapa pun kita selalu diingatkan tentang Ki Hajar Dewantara. To-koh yang pada kemudian hari dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional ini, me-mang menjadi peletak dasar pendidikan di negeri ini. Konsep kepemimpinan yang diajarkannya juga amat menginspirasi siapa pun: ing ngarsa asung tuladha, ing madya mangun karya, tut wuri handayani.
Dalam pandangan Ki Hajar, pendidikan dan pengajaran memiliki makna yang ber-beda. Pendidikan adalah proses mendampingi dan membimbing anak didik agar bisa selamat dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan pengajaran di-maknai sebagai proses mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan dari seo-rang pengajar kepada muridnya.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Proklamator pertama kita, Ir. Soekarno, pernah berupaya membumikan konsep ber-dikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bumi nusantara ini. Konsep ini mirip sekali de-ngan konsep swadesinya Mahatma Gandhi, yakni menggunakan apa yang dihasilkan oleh negeri sendiri.
Pada jaman now ini, topik yang tengah kita bicarakan ini boleh jadi dianggap aneh dan mustahil. Pada era dunia tanpa batas sekarang ini kok masih bicara tentang menggunakan apa-apa yang dihasilkan oleh negeri sendiri, apa ya mungkin? Wong nyatanya, berbagai produk impor mulai dari makanan, pakaian, kendaraan, sampai dengan teknologi informasi setiap hari membanjiri pasar dalam negeri. Bagaimana mungkin kita mau menghindari?
Menumbuhkan kemandirian bukanlah sesuatu yang mustahil jika kita bersedia me-mulai dari tahap-tahap berikut ini. Pertama, kita mesti menguatkan filosofi dan ideologi kemandirian. Kabupaten Kulonprogo sudah memulainya dengan jargon ma-ngan panganane dhewe, ngombe banyune dhewe, nyandhang sandhangane dhewe (makan makanan yang dibuat sendiri, minum air yang diolah sendiri, dan berpakai-an menggunakan pakaian yang dihasilkan sendiri).
Dari filosofi dan ideologi seperti itu, beras petani Kulonprogo bisa terserap dengan baik. Pengrajian makanan dan minuman juga mendapat pasar yang lebih pasti. De-mikian pula batik lokal, dikenal dengan nama geblek renteng, tumbuh dan berkem-bang sangat pesat.
Kedua, kita mesti menempatkan prioritas utama untuk membela, membeli, dan mengonsumsi produk atau jasa yang dihasilkan oleh negeri sendiri, kapan pun dan dimana pun. Konon orang-orang Yahudi dan Korea begitu fanatik terhadap produk dan jasa bangsanya sendiri. Sampai-sampai orang Yahudi batal naik taksi, ketika drivernya bukan orang Yahudi. Ponsel Samsung menjadi meroket sekarang ini, gara-gara dibela habis-habisan oleh orang Korena pada awal-awal produksinya.
Yang ketiga, pemerintah kita baik pusat maupun daerah harus punya niat dan tekad yang kuat untuk melindungi dan mengangkat produk dan jasa karya negeri sendiri di atas produk dan jasa karya negara lain. Ini mutlak diperlukan, karena pemerin-tahlah pemegang otoritas dan pembuat kebijakan, yang dari situlah dampak besar-nya berlaku di seluruh penjuru negeri.
Pemerintah tidak boleh terus-terusan mengeluarkan apologi dengan alasan inves-tasi atau kurangnya tenaga ahli dalam negeri, sehingga membuka pintu lebar-lebar terhadap masuknya produk dan jasa asing. Banyaknya tenaga ahli Indonesia yang lebih memilih bekerja di luar negeri memberi isyarat bahwa pemerintah kurang menghargai dan kurang memberi kesempatan kepada mereka.
Bagaimana menurut Anda? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa