Category : Artikel, Published by admin, Published at Thursday, September 6th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Ada berita unik yang pernah viral beberapa waktu yang lalu. Dua pelajar kelas 2 SMP dari Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan bersikeras untuk menikah. Alasan yang diajukan oleh calon mempelai perempuan ini juga terbilang unik. Ia ngebet ingin nikah karena takut tidur sendirian, setelah ibunya meninggal dunia sementara ayahnya selalu pergi keluar kota untuk bekerja.
Karuan saja sepasang catin (calon pengantin) ini ditolak untuk menikah oleh pe-tugas Kantor Urusan agama, karena dinilai masih terlampau belia alias belum ma-tang. Namun setelah gugatannya dikabulkan oleh Pengadilan Agama Bantaeng, ke-dua remaja ini akhirnya dinikahkan juga.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Kematangan dan kesiapan seseorang untuk berumah tangga, salah satu acuan yang sering dipakai adalah usia. Wanita yang berusia sekurang-kurangnya 21 tahun dan pria yang berusia sekurang-kurangnya 25 tahun dipandang ideal untuk melang-sungkan pernikahan. Maka bisa dipahami jika kedua remaja di atas dianggap belum waktunya untuk menikah.
Namun bicara tentang kematangan (maturity) dalam bekerja, agak sedikit berbeda dengan kematangan dalam berumah tangga. Kematangan seseorang dalam bekerja menurut Paul Hersey dan Ken Blanchard ditentukan bukan oleh usianya. Kema-tangan bekerja ditentukan oleh dua faktor, yakni kematangan kerja (job maturity) dan kematangan psikologis (psychological maturity).
Kematangan kerja ditandai oleh adanya kemampuan, sedangkan kematangan psi-khologis ditandai oleh adanya kemauan. Dari dua faktor ini kematangan bekerja se-seorang bisa dikelompokkan menjadi empat macam. Pertama, M1 yakni orang tersebut tidak mampu dan tidak mau. Kedua, M2 yaitu orang itu tidak mampu tapi mau. Ketiga, M3 yakni orang tersebut mampu tapi tidak mau. Dan yang keempat, M4 yaitu orang itu mampu dan mau.
Ketika Anda bertindak sebagai pemimpin atau atasan para bawahan dengan kondisi kematangan yang berbeda, maka gaya Anda memimpin juga harus berbeda. Meng-hadapi M1, Anda harus menggunakan gaya telling. Artinya, Anda harus memberikan arahan/instruksi dengan informasi yang lengkap dan detail, agar bawahan Anda memahami dengan baik dan membantu dia agar terhindar dari kesalahan.
Jika yang Anda hadapi adalah bawahan dengan kondisi M2, maka gaya selling yang dianggap lebih cocok. Dalam gaya ini Anda harus menyampaikan alasan (reasoning) yang kuat mengapa bawahan harus mengerjakan sesuatu yang Anda perintahkan, sekaligus meyakinkan bawahan bahwa dia bisa mengerjakannya dengan baik.
Untuk bawahan dengan kondisi kematangan M3, Anda tidak bisa main perintah be-gitu saja. Melibatkan bawahan (participating) dalam membuat perencanaan dan program dianggap lebih efektif, karena bawahan merasa memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi untuk mengerjakan dan menyelesaikannya.
Sedangkan jika yang Anda hadapi adalah bawahan dengan kondisi kematangan M4, Anda disarankan untuk menggunakan gaya delegating. Anda tidak perlu lagi menje-laskan pekerjaan dengan detail. Anda cukup menyampaikan garis besarnya, dan be-ri kesempatan bawahan untuk mengerjakan dan menyelesaikan dengan cara dan metodenya sendiri.
Nah, pada sela-sela kesibukan Anda memimpin bawahan, tidak ada salahnya bila Anda cermati lagi seperti apa kondisi kematangan bawahan Anda, agar mereka bisa bekerja dengan lebih maksimal, namun tetap bisa enjoy menikmati pekerjaannya. Siapkah Anda melakukannya? Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa