Category : Artikel, Published by admin, Published at Thursday, September 6th, 2018
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Gandeng gendong adalah sebuah istilah yang mengandung dua makna. Dalam Ka-mus Besar Bahasa Indonesia, salah satu makna kata gandeng adalah bersambungan. Jika dalam bentuk kata kerja, yakni menggandeng, makna yang terkandung di da-lamnya adalah mengajak atau membimbing untuk melangkah. Sedangkan kata gen-dong bisa diartikan sebagai mengangkat sesuatu dengan cara diletakkan di ping-gang, atau di punggung.
Namun oleh Pemkot Yogyakarta, kata gandeng gendong dipakai sebagai nama sebu-ah program atau gerakan untuk memercepat pengentasan kemiskinan warga, yang launchingnya dilakukan pada 10 April yang lalu. Yang dilibatkan untuk mendukung program atau gerakan ini terdiri dari 5 K, yakni (pemerintah) Kota, Korporasi, Kam-pus, Kampung, dan Komunitas. (Republika.co.id)
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Upaya pengentasan kemiskinan memang harus terus dilakukan secara berkesinam-bungan. Sehingga tidak boleh ada sikap bosan untuk melakukan hal ini. Baik pada diri aparat pemerintahan, maupun pada diri kelompok masyarakat dan individu. Pemkot Yogyakarta telah membuat kebijakan baru agar tiap-tiap OPD (organisasi perangkat daerah) memiliki komitmen untuk membelanjakan keperluan konsumsi-nya pada usaha yang dimiliki warga setempat. Ini dimaksudkan agar usaha-usaha milik warga setempat bisa terbantu untuk tumbuh dan berkembang.
Jika Pemkot Yogyakarta sudah melakukan langkah nyata semacam itu, lantas apa yang sebaiknya dilakukan oleh warga masyarakat Yogyakarta agar bisa terentas dari kemiskinan? Beberapa poin berikut ini bisa dijadikan pijakan bagi relawan dan to-koh masyarakat untuk membantu program pengentasan kemiskinan.
Pertama, penguatan paradigma positif bahwa kemiskinan bisa diubah. Cara pan-dang yang sering melekat pada sebagian warga masyarakat bahwa kemiskinan merupakan takdir yang harus diterima dengan sikap pasrah, harus dibongkar de-ngan cara yang arif namun efektif. Sebab jika paradigma ini masih melekat kuat, berbagai upaya pengentasan kemiskinan bakal kandas di tengah jalan.
Kedua, dorong warga masyarakat miskin untuk bersedia menjadi keluarga produk-tif. Warga kampung Sukunan, Banyuraden, Gamping, Sleman serta kampung Brajan, Kasihan, Bantul sudah membuktikan bahwa mereka bisa menjadi keluarga produk-tif dengan cara mengelola dan mengolah sampah. Keterampilan dan kecakapan me-ngelola dan mengolah sampah memang perlu dilatihkan kepada warga. Lebih dari itu, harus ada pionir dan tokoh masyarakat yang tidak pernah jemu dan lelah beru-paya menghadirkan bukti demi bukti agar masyarakat menjadi lebih bersemangat mengikutinya.
Sedang yang ketiga, bekali dan damping warga masyarakat miskin dengan financial literacy agar menjadi lebih melek keuangan, kendati melalui konsep dan model yang amat sederhana. Mengapa ini penting? Sebab pengalaman selama ini mem-buktikan bahwa setiap kali ada bantuan, entang berupa uang tunai, peralatan per-tanian, atau bahkan binatang ternak, hampir selalu berakhir dengan kegagalan. Sa-lah satu penyebabnya adalah karena warga tidak memiliki kemampuan yang mema-dai dalam mendatangkan dan mengelola uang. Yang lebih pintar justru bagaimana membelanjakan dan menghabiskan uang.
Program dan gerakan gandeng gendong yang dicetuskan Pemkot Yogyakarta, bakal lebih komprehensif dan punya daya ungkit yang lebih kuat jika ketiga hal di atas juga dimasukkan dalam agenda mereka. Tentang hasilnya seperti apa, tak ada seo-rang pun yang berani memastikan. Namun dengan langkah yang lebih lengkap dan tersinergi dengan baik, potensi keberhasilan tentu menjadi lebih terbuka. Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa