BINGUNG MEREPOSISI STRATEGI BISNIS SAAT PANDEMI? SIMAKLAH 3 PERTIMBANGAN SOLUTIF BERIKUT INI

BINGUNG MEREPOSISI STRATEGI BISNIS SAAT PANDEMI? SIMAKLAH 3 PERTIMBANGAN SOLUTIF BERIKUT INI

Category : Artikel, Published by admin, Published at Sunday, October 4th, 2020


H. D. Iriyanto

www.bangunkarakterbangsa.com

(Inspirator Metamorphosis; Dosen Univ. AMIKOM Yogyakarta)

 

Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…

 

Ada perbincangan yang seru pada sebuah grup Whatsapp. Perbincangan itu terkait dengan aplikasi Halodoc yang belakangan makin banyak penggunanya. Melalui aplikasi ini, pasien bisa konsultasi dengan dokter apa pun sesuai pilihannya.

 

Dengan yang junior bisa, mau dengan yang senior juga bisa. Usai konsultasi, bila harus berlanjut dengan mengonsumsi obat, maka resep dan obat pun bisa dikirim langsung dari Halodoc. Semua urusan selesai sonder pakai keluar rumah.

 

Salah satu anggota grup pun memberi komentar menarik. Kolaborasi antara dokter dengan pembuat aplikasi telah menyebabkan rumah sakit menjadi rumah sakit maya. Bila tidak segera beradaptasi, rumah sakit yang bersifat fisik lama kelamaan bisa terdisrupsi dan tergusur.

 

Bukan itu saja. Praktik-praktik dokter dan klinik-klinik kesehatan konvensional, juga harus siap-siap mereposisi strategi bisnisnya bila tidak ingin tergeser oleh penerapan internet of things di bidang kesehatan (digital health).

 

Sebab semakin terbukti bahwa penggunaan teknologi digital memang sanggup menjungkirbalikkan tatanan yang telah ada sebelumnya. Tak peduli semapan dan semantap apa pun tatanan itu.

 

Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…

 

Apakah hanya dunia kesehatan yang mengalami perubahan radikal semacam itu? Tentu saja tidak. Sebab, jauh sebelum pandemi Covid-19 datang menghampiri kita telah banyak bisnis yang terdisrupsi oleh bisnis lainnya.

 

Sekedar menyebut contoh, wartel terlibas oleh ponsel, gedung bioskop terhempas oleh home theater, dan kamera film dilumat oleh kamera digital. Belum lagi toko-toko berjejaring yang membuat warung-warung tradisional tak berkutik.

 

Perubahan Radikal

 

Ke depan, perubahan-perubahan radikal diprediksi bakal menyentuh lebih banyak lagi sisi-sisi kehidupan lainnya. Pengelolaan bidang pendidikan, pariwisata, kuliner, maupun perdagangan pada umumnya tak bisa mengelak dari perubahan-perubahan radikal tersebut.

 

Siap atau tidak siap mereka harus menyiapkan diri menghadapi realita yang penuh dengan inovasi disruptif ini. Siapa pun yang tidak secepatnya beradaptasi, bakal menerima akibat yang amat menyakitkan. Mulai dari terganggunya operasional bisnis sampai dengan runtuhnya bangunan bisnis.

 

Untuk tetap bisa sintas (survive), setiap bisnis harus bersungguh-sungguh dalam mereposisi strategi yang dimainkannya. Bekal sukses yang telah diraih pada masa lalu, tidak secara otomatis menjamin kesuksesan masa depan.

 

Tiga Pertimbangan

 

Terkait dengan kepentingan survival ini, setidaknya ada tiga hal yang bisa menjadi pertimbangan dalam mereposisi strategi bisnis.

1.Pertimbangan kontektual.

Pertimbangan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menyelaraskan bisnis dengan perubahan tata kebiasaan dan kehidupan baru pasca pandemi. Tumbuhnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya hidup bersih dan sehat, harus bisa diakomodasi oleh pelaku bisnis dalam mengoperasikan bisnisnya.

 

Apa yang telah dilakukan oleh beberapa maskapai penerbangan dalam mereposisi penampilan pramugari dan awak pesawat lainnya, bisa segera dicontoh oleh pelaku bisnis lainnya.

 

Lebih dari itu, seperti yang dianalisis oleh Yuswohady, pergeseran perilaku konsumen bakal dipicu oleh tiga hal besar : digital, spiritual, dan emphatic. Maka mereposisi strategi bisnis, khususnya strategi pemasaran, juga perlu mengadaptasi ketiga hal tersebut.

 

2. Pertimbangan generatif.

Yakni suatu pertimbangan agar seseorang, organisasi, atau perusahaan berkemampuan melihat dan menggunakan kesempatan untuk menghasilkan sebuah ‘produk baru’, kendati tidak sungguh-sungguh baru. Munculnya aplikasi Zoom bisa menjadi contoh.

 

Eric Yuan, sang penemu, terinspirasi oleh pengalaman masa lalunya saat masih menjadi mahasiswa. Ia membutuhkan waktu 10 jam naik kereta jika ingin ketemu sang kekasih.

 

Pahitnya masa lalu menjadikan dia menciptakan aplikasi konferensi video yang diberi nama Zoom. Aplikasi ini sesungguhnya bukanlah produk yang sama sekali baru, karena hanya memodifikasi sistem yang sebelumnya telah dipunyai oleh Cisco.

 

3. Pertimbangan eksploratif transformasional.

Yakni pertimbangan untuk terus menggali kebutuhan tata kehidupan baru (new normal), dan mentransformasikannya dalam bentuk nilai tambah yang dihadirkan bersama produk atau jasa tertentu.

 

Contoh yang paling mudah, jika awalnya masker hanya dimaksudkan untuk menutupi hidung dan mulut dari kemungkinan terkena paparan virus Corona, maka dalam perkembangan selanjutnya masker sudah menjadi bagian dari mode. Sehingga model dan coraknya pun menjadi kian beragam.

 

Tak hanya itu. Sebagai konsekuensi dari munculnya pademi, pada satu sisi akan banyak jenis bisnis yang tersungkur. Namun pada sisi lainnya, akan banyak muncul pula jenis bisnis baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

 

(baca juga : 30 Prediksi Perilaku Konsumen di New Normal – Yuswohadi)

 

Penutup

 

Ibarat musim yang datang silih berganti, keberadaan bisnis juga harus selalu seiring dan sejalan dengan perubahan zaman. Jika ingin bertahan pada produknya yang sudah sangat kuat, maka lakukan reposisi pada aspek lainnya.

 

Coca Cola, Teh Botol Sosro, dan jamu Sido Muncul, merupakan contoh bisnis yang bertahan dengan produknya, namun selalu menyesuaikan komunikasi pemasarannya dengan zamannya. Sehingga kendati telah berumus lebih dari setengah abad, mereka tetap eksis.

 

Walhasil, dapat disimpulkan bahwa kini dan ke depan, semua bisnis dihadapkan pada dua pilihan, mendisrupsi atau terdisrupsi. Mana yang siap Anda pilih, Andalah yang memutuskan. Oke? Keep spirit & change your life.

 

Sejujurnya Tentang Kami

HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.

Visi dan Misi

Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa

  • Membangun dan mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM Indonesia yang lebih berkarakter, yaitu yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal
  • Menjalin kemitraan dengan siapa pun dalam upaya membangun dan mengembangkan kapasitas SDM Indonesia yang memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, bermental kaya dan berkelimpahan, serta memiliki moral dan etika yang tinggi
  • Mendermakan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang Allah titipkan, semaksimal mungkin selalu berada di jalan Allah, untuk mewujudkan kualitas perikehidupan manusia yang diberkahi Allah

Berita Terkini

5 ETAPE MEMBANGUN KARAKTER Published at Wednesday, August 31st, 2022
METAMORFOSELF : KINI Atau TIDAK SAMA SEKALI Published at Thursday, August 11th, 2022
LANGKAH JITU MENGHEBATKAN TIM KERJA Published at Wednesday, August 3rd, 2022
CARA PRAKTIS MENUMBUHKAN KEBIASAAN BARU Published at Wednesday, July 27th, 2022
5 RUMUS Untuk BANGKIT Published at Wednesday, July 27th, 2022

Alamat

HDI Management Centre
Jl. Margo Utomo, Mejing Lor, Ambarketawang, Gamping
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55294
Email: hdimanagementcentre@gmail.com
Telepon: (0274) 454-6649
HP: 0811-256-368
Fax: (0274) 798-283