Category : Artikel, Published by admin, Published at Wednesday, August 5th, 2020
H. D. Iriyanto
www.bangunkarakterbangsa.com
(Inspirator Metamorphosis; Dosen Univ. AMIKOM Yogyakarta)
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Tokoh yang mau saya ceritakan bernama Azie Taylor Morton. Saya tidak tahu apa kah Anda pernah mendengar nama ini, karena tokoh ini memang tidak setenar para selebriti. Entoh demikian, tidak ada salahnya jika kita berkaca pada tokoh yang satu ini.
Ia pernah menulis begini. “Aku kecewa pada Tuhan saat itu, karena Dia tidak adil atas hidupku. Pada saat kebanyakan anak-anak menikmati hidup layak, aku harus bergumul dalam penderitaan.
Sungguh, aku tidak paham mengapa aku dilahirkan dan tidak melihat kehidupan yang baik pada masa depan. Teman-teman seusiaku sering mencemoohku. Mereka memanggilku si ‘anak haram’ dan mereka tidak mau berteman denganku.
Sampai suatu hari aku bertemu seseorang yang menyatakan bahwa Tuhan memberikan kepadamu kebebasan memilih. Mau tetap mengeluh seperti ini, atau bangkit dari kemiskinan. Pilihan itu ada di tanganmu, nak.”
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Azie muda akhirnya memilih untuk keluar dari rasa kecewa dan merasa tak berguna ini. Ia mulai bekerja dengan giat untuk membiayai sekolah dan kehidupan ibunya. Kegigihan dan keuletan ia pilih untuk menggantikan keluh kesah dan kesukaan menyalahkan pihak lain.
Berkat doa sang ibu dan kerja yang sangat keras, ia pun mampu meraih kesuksesan. Dan pada kemudian hari, ia menjadi orang yang sangat penting. Karena ia tidak lain adalah Menteri Keuangan Amerika Serikat pada masa Presiden Jimmy Carter.
Di belahan bumi lainnya, kisah-kisah inspiratif seperti ini tentu banyak sekali. Kita mengenal Chairul Tanjung ‘si Anak Singkong’, seorang dokter gigi lulusan UI yang lebih dikenal sebagai pengusaha papan atas.
Kita juga mengenal Susi Pujiastuti, mantan Menteri Kelautan, yang amat fenomenal dengan kata-kata ‘tenggelamkan saja’. Kemudian ada Cassius Marcellus Clay Jr. yang pada kemudian hari lebih dikenal masyarakat luas dengan nama Muhammad Ali, si petinju legendaris.
Berbagai kisah kehidupan sosok yang inspiratif ini memberi kita kesempatan untuk berkaca, yang perlu kita renungi dan kita teladani, agar kita mampu bangkit, survive, dan sukses. Setidaknya ada empat langkah yang mesti kita lakukan.
Langkah yang pertama, ambillah keputusan memilih (decision to choose) yang mantap. Sebab kesuksesan dalam wujud apa pun, selalu diawali dari proses pembuatan keputusan untuk memilih. Tokoh-tokoh yang saya sebut di atas, bukanlah tipe orang-orang yang gampang menyerah pada nasib.
Mereka adalah orang-orang yang tergerak secara mandiri atau swakarsa untuk membuat keputusan yang mantap guna mengubah nasib dan kehidupannya. Bangkit dan berjuang menjadi pilihan yang mereka ambil, lengkap dengan segala resiko yang menyertainya.
Langkah yang kedua, lengkapi diri kita dengan keahlian yang bukan tunggal, alias majemuk. Ada keahlian yang major, tapi juga ada keahlian yang minor. Artinya, ada keahlian utama yang mesti kita kuasai, ada juga keahlian pendukung yang harus kita pelajari.
Dalam situasi pandemi seperti saat ini, memiliki keahlian majemuk menjadi kian penting. Sebab jika seseorang hanya menguasai satu keahlian saja, ia akan gampang jatuh atau terpuruk manakala keahlian tersebut sedang atau tidak lagi dibutuhkan.
Sekedar contoh, kalau Anda hanya menjadi penceramah agama, trainer, atau terapis pijat saja, sementara sedang berlaku social & fisical distancing, maka Anda menjadi orang yang sangat terdampak. Karena berbagai kegiatan majelis taklim, pelatihan, atau keinginan orang untuk terapi pijat menjadi sangat berkurang, atau bahkan tidak ada sama sekali.
Langkah yang ketiga, kita harus memiliki komitmen dan konsistensi yang tinggi. Sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh di atas, mula-mula kita mengambil keputusan untuk mengubah nasib dan hidup kita.
Selanjutnya memilih mana keahlian utama yang ingin kita kuasai, serta keahlian pendukung yang siap kita pelajari. Berikutnya, kita mesti menjalani setiap proses dengan komitmen dan konsistensi yang tinggi. Dalam kondisi dan situasi seperti apa pun.
Tantangan, halangan, rintangan, gangguan, dan hambatan yang kita jumpai tak boleh menyurutkan tekad, semangat, dan langkah kita. Persis seperti pepatah masyarakat Jawa, ‘rawe-rawe rantas, malang-malang putung’. Apa pun yang merintangi jalan ditebas, dan apa pun yang menghalangi jalan dipotong, agar kelapangan jalan bisa terbentang luas.
Sedangkan langkah yang keempat, tetaplah rendah hati (humble). Kemashuran dan kesuksesan yang telah mereka raih tidak lantas menjauhkan mereka dari sikap hamble (rendah hati).
Dengan sikap itulah sosok mereka justru menjadi lebih tertanam kuat di hati banyak orang. Bahkan saat mereka sudah berpulang ke haribaan Illahi Rabbi, nama baik mereka selalu dikenang dan dijadikan sumber inspirasi.
Saatnya buat kita untuk menumbuhkan dan merawat sikap rendah hati ini, kendati kesuksesan itu telah Allah tetapkan pada diri kita. Setuju?
Keep spirit & change your life.
HDI (Human Development & Investment) Management Centre lahir dari sebuah tekad besar untuk berperan dan terlibat langsung dalam proses perubahan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkarakter, yakni SDM yang memiliki leadership, entrepreneurship, dan spirituality yang handal. Dengan leadership seseorang memiliki kecerdasan mengelola segala urusan. Melalui entrepreneurship seseorang memiliki kecerdasan ekonomi. Sedang dengan spirituality seseorang memiliki kecerdasan hidup.
Menjadi pembangun dan pengembang karakter dan kompetensi SDM Indonesia yang terpercaya dan bersahabat, dalam rangka mewujudkan kemandirian, kesejahteraan, dan kejayaan bangsa